Sang Serdadu Pembawa Ilmu


Sang Serdadu Pembawa Ilmu

Kami adalah Sekelompok Serdadu-Serdadu pembawa ilmu
Di sana, disebuah gedung megah bertingkat kami berjuang
 Demi sebuah perubahan, kami curahkan pikiran, tenaga dan harapan.
Kami selalu berdiri tegap!... tak mengenal apa itu rasa lelah!... dan apa itu rasa pasrah!...
Walaupun terkadang, otak terasa mau pecah!!!.....
Tapi itulah suka duka kami.
Mungkin, bagi sebagian orang kami hanyalah sekumpulan orang bodoh!!!...
Yang sok pintar!!!... sok tau!!!... sok mengerti apa itu ilmu!!!....
Tapi, tidak sedikit pula yang menganggap kami, sekelompok orang yang berintelektual tinggi, itu pikir mereka!!!...
kami pun tak tahu di mana kami berada!...
Terserah orang menganggap kami seperti apa!!!...
Memang inilah kami apa adanya....
Mungkin ilmu kami tak setinggi Louis pasteur!!!...
Tak sehebat Campbel!!!...
Bahkan, kami tak punya khayalan setinggi Charles Darwin.
Tapi, kami punya kemauan sekomplek ikatan Carbonnya si Gliserol,
Dan di dalam hati kami, berbagi adalah yang utama.
kami pun tak kenal Si merahnya pak Karno dan Pak Hatta,
Si birunya I Gusti Ngurah Rai, Dan Si hijaunya Oto Iskandar Dinata.
Yang kami tau, hanyalah beberapa Rumah Limasnya Sultan Mahmud Badaruddin,
dan menu makan siang, serta beberapa makanan kecil dirumah limasnya itu....
Tapi itu bukan masalah bagi kami!!!...
Menjadi sekelompok serdadu-serdadu pembawa ilmu adalah suatu kebanggaan bagi kami!..
Tetaplah berjuang sang serdadu pembawa ilmu, tetap semangat, jangan pernah lelah...
Jangan pernah menyerah!!!...
Sebuah perubahan besar menantimu!!!...
Inilah cerita kami, Sang Serdadu Pembawa Ilmu, dari Bumi Surakarta!!!....
Untuk Bangsaku INDONESIA


By: Andy Sapoetro.
01 Juli 2011.
  



Bonsai

BONSAI

A.    PENGERTIAN BONSAI
Bonsai adalah tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas. Penanaman (sai ) dilakukan di pot dangkal yang disebut bon. Istilah bonsai juga dipakai untuk seni radisional Jepang dahan, daun, batang, dan akar pohon, serta pot dangkal yang menjadi wadah, atau keseluruhan bentuk tanaman atau pohon. Bonsai adalah pelafalan bahasa Jepang untuk penzi. dalam pemeliharaan tanaman atau pohon dalam pot dangkal, dan apresiasi keindahan bentuk
Seni ini mencakup berbagai teknik pemotongan dan Pemangkasan tanaman, pengawatan (pembentukan cabang dan dahan pohon dengan melilitkan kawat atau membengkokkannya dengan ikatan kawat), serta membuat akar menyebar di atas batu Pembuatan bonsai memakan waktu yang lama dan melibatkan berbagai macam kegiatan, antara lain pemberian pupuk, pemangkasan, pembentukan tanaman, penyiraman, dan penggantian pot dan tanah. Tanaman atau pohon dikerdilkan dengan cara memotong akar dan rantingnya. Pohon dibentuk dengan bantuan kawat pada ranting dan tunasnya. Kawat harus sudah diambil sebelum sempat menggores kulit ranting pohon tersebut. Tanaman adalah makhluk hidup, dan tidak ada bonsai yang dapat dikatakan selesai atau sudah jadi. Perubahan yang terjadi terus menerus pada tanaman sesuai musim atau keadaan alam merupakan salah satu daya tarik bonsai.

B.       JENIS TANAMAN BONSAI
Pohon yang paling umum dibonsai adalah berbagai spesies pinus. Jenis tanaman dan pohon dipakai untuk mengelompokkan jenis-jenis bonsai:
1.      Bonsai pohon pinus, tusam, cemara cina, cemara duri, sugi, dan lain-lain.
2.      Bonsai pohon buah untuk dinikmati keindahan buahnya (Ilex serrata, kesemek, Chaenomeles sinensis,   apel mini, dan lain-lain).
3.      Bonsai tumbuhan berbunga untuk dinikmati keindahan bunganya (Prunus mume, Chaenomeles speciosa, sakura).
4.      Bonsai pohon untuk dinikmati bentuk daunnya ( apel, bambu dll)
5.      Ada banyak sekali tanaman tropis yang telah dicoba dan ternyata cocok untuk dibonsai, di antaranya asam jawa, beringin, cemara udang, waru, jambu biji.

C.      GAYA BONSAI
Model atau gaya bonsai paling dasar yang perlu dikuasi pemula adalah berdasarkan gaya tumbuhnya, yakni formal dan menggantung. Penjabaran lebih jelas kedua gaya ini adalah sebagai berikut:
a. formal.                                
            Model atau gaya formal mengikuti pertumbuhan normal dari tanaman yang bersangkutan. Gaya ini terdiri dari tegak lurus, tegak berliku, dan miring.

1. Tegak Lurus
Bonsai dengan gaya tegak lurus memiliki batang yang tegak lurus dari pangkal akar sampai ke top mahkota atau puncak batang. Diameter pangkal batang besar dan semakin ke atas batang semakin mengecil. Demikian juga dengan cabang dan ranting pun semakin ke ujung semakin mengecil. Diameter cabang dibagian bawah lebih besar dibandingkan dengan bagian atas. Akar bonsai ini kuat dan menjalar ke segala arah dipermukaan media tanam. Bonsai dengan gaya ini memiliki jarak antar cabang yang tidak merata. Semakin ke atas jarak antar cabangnya semakin rapat. Arah percabangan harus diperhatikan. Pembentukkan bonsai dengan gaya tegak lurus diawali dengan menentukan cabang yang akan dijadikan sebagai top mahkota. Setelah cabang top mahkota ditentukan, batang yang terletak diatasnya dipotong. Sebaiknya, pemotongan batang tersebut menghadap kesamping atau kearah belakang agar bekas pemotongan tidak tampak didepan.

2.  Tegak Berliku
Bonsai dengan gaya tegak berliku memiliki batang yang tegak, tetapi berlekuku-lekuk. Seperti halnya bonsai dengan gaya tegak lurus, bonsai ini juga memiliki pangkal batang yang besar dan semakin ke top mahkota mengecil. Cabang bagian bawah lebih besar dibandingkan cabang dengan bagian atasnya. Namun, cabang bagian atas itu tampak tumbuh di setiap lekukan batang. Cabang bagian bawah dibentuk hingga tingginya sepertiga dari tinggi keseluruhan batang. Lekukan sebaiknya selalu dibuat  mengarah kekiri dan kekanan atau sebaliknya. Agar terkesan alami, arah cabang perlu dibuat kedepan agak menyerong kekiri atau kekanan, sehingga lekukannya tampak dari arah depan.

3. Gaya Miring
Bonsai dengan gaya miring mengesankan sebuah pohon yang tumbuh di sebuah lereng atau tanah yang miring. Bonsai dengan gaya ini memiliki pangkal batang yang lebih besar dari pada pucuk batangnya. Akarnya harus terkesan kuat menahan tegaknya pohon. Pembentukan bonsai bergaya miring diawali dengan pengawetan batang. Batang yang tadinya tumbuh tegak diubah arah tumbuhnya ke samping dengan melakukan pengawatan. Lama-kelamaan, batang yang dikawat akan tumbuh miring dengan sendirinya. Arah percabangan sebaiknya dibuat sejajar dengan permukaan tanah atau merunduk kea rah permukaan tanah, sehingga kesan miring bisa terlihat jelas.

b. Menggantung atau cascade.
Gaya ini berlawanan dengan pertumbuhan normal tanaman. Gaya ini ada dua, yakni semi menggantung dan murni menggantung.

1.    Setengah Menggantung.
Bonsai dengan model setengah menggantung mengesankan pohon yang tumbuh di tempat-tempat tandus, seperti tebing yang curam. Pohon di sela-sela tebing pertumbuhannya akan membelok ke atas mencari cahaya. Jika dipindahkan ke pot, pohon itu tampak miring dan menggantung. Bonsai dengan gaya ini puncak atau top mahkotanya tidak boleh melebihi bibir pot.

2.    menggantung.
Gaya menggantung sama dengan gaya setengah menggantung, hanya top mahkotanya melebihi atau jauh dibawah biir pot. Cara pembentukannya juga sama dengan pembentukan bonsai bergaya setengah menggantung.

c.  Batang Bergelung
Batang pohon terlihat sangat dipilin, atau pohon tumbuh dengan kecenderungan memilin diri. Batang pohon begitu terlihat dipilin bagaikan ular yang sedang bergelung.



d.  Sapu Tegak
Batang tegak lurus hingga di tengah sebelum dahan dan ranting tumbuh menyebar ke segala arah. Puncak pohon sulit ditentukan dari sejumlah puncak dahan yang ada sehingga bentuk bonsai ini mirip sapu dari bambu. Keindahan bonsai gaya ini dinilai dari percabangan dahan yang rapi, dan titik dimulainya persebaran dahan dan ranting ke segala arah, tinggi pohon, dan keseimbangan unsur-unsur tersebut.

e.  Menonjolkan Akar
Akibat pohon dipelihara di lingkungan pemeliharaan yang kejam, bagian pangkal akar yang bercabang-cabang di dalam tanah menjadi terekspos ke luar di atas tanah bagaikan akibat diterp a ngin dan hujan.

f.  Berbatang Banyak
Dari satu pangkal akar tumbuh tegak lebih dari satu batang pohon. Bila tumbuh dua batang pohon, maka bonsai disebut Berbatang Dua (Sōkan). Bila ada tiga batang pohon, maka disebut Berbatang Tiga (Sankan). Bonsai berbatang lima atau lebih disebut Tunggul Tegak (Kabudachi). Batang berjumlah ganjil lebih disukai. Selain bonsai berbatang dua, bonsai dengan batang berjumlah  genap tidak disenangi dan tidak dibuat.

g.  Akar Terjalin
Akar dari sejumlah batang pohon dari satu spesies (tiga batang pohon atau lebih) saling melekat dan berhubungan satu satu sama lainnya. Bentuk ini juga dapat berasal dari batang pohon yang tadinya tegak, namun roboh dan terkubur di dalam tanah. Bagian yang dulunya adalah dahan pohon, berubah peran dan tumbuh sebagai batang pohon. Dari batang pohon tersebut keluar akar, dan akar tersebut terjalin dengan akar pohon asal. Bentuk yang mirip dengan Akar Terjalin disebut Rakit atau Tumbuh dari Batang (Ikadabuki). Bonsai berbentuk Tumbuh dari Batang juga berasal dari pohon yang tadinya tegak, namun roboh dan dahan berubah peran menjadi batang. Perbedaannya dengan Akar Terjalin terletak pada akaer yang hanya ada di satu tempat. Seperti halnya bonsai Berbatang Banyak, pohon berbatang genap tidak disukai.

h.  Kelompok
Lebih dari satu pohon ditanam bersama dalam satu pot dangkal atau ditanam di atas batu. Pohon yang ditanam dapat saja beberapa pohon dari satu spesies, atau campuran dari beberapa spesies berbeda. Nilai kreativitas karya dapat ditinggikan dengan perpaduan benda-benda hiasan yang diletakkan sebagai tambahan.

i.      Pohon Sastrawan
Bentuk bonsai ini asal usulnya dari meniru bentuk pohon dalam naga. Dinamakan bonsai bentuk Pohon Sastrawan karena sastrawan zaman meiji sangat menggemari bonsai bentuk ini. Pada zaman sekarang, batang kurus, jumlah dahan sedikit, dan dahan pendek juga disebut Pohon Sastrawan.

j.   Pohon Tak Lazim
Bentuk ini dipakai untuk menyebut bonsai yang tidak dapat digolongkan ke dalam bentuk-bentuk bonsai yang lazim.

D.      UKURAN BONSAI.
1.      Sangat Besar (Tinggi pohon lebih dari 75 cm)
2.      Besar (tinggi pohon antara 45 – 75 cm)
3.      Sedang (Tinggi pohon antara 30 – 45 cm)
4.      Kecil (Tinggi pohon antara 15 – 30 cm)
5.      Sangat kecil / mame (Tinggi pohon lebih rendah dari 15 cm)

E.       TEKNIK MEMBUAT BONSAI.

Membuat bonsai tampaknya mudah dan sederhana. Padahal, membuat bonsai yang baik sebenarnya cukup sulit bagi orang awam dan gampang-gampang susah bagi yang sudah mengetahuinya. Yang jelas, menciptakan  bonsai yang baik membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Paling cepat 2-4 tahun. Lamanya waktu tergantung pada jenis tanamannya. Ada 4 ukuran tinggi bonsai yang bisa dipilih, yakni miniature, kecil, sedang, dan rata-rata. Biasanya bonsai miniature tinggi hanya sekitar 5cm dan dipersiapkan selama sekitar 5 tahun. Bonsai kecil tinggi 5-15cm yang membutuhkan waktu persiapan sekitar 5-10 tahun. Bonsai berukuran sedang tinggi 15-30cm yang memerlukan waktu persiapan sekitar 3 tahun. Membuat bonsai membutuhkan kreativitas, ketekunan, ketelitian, dan kasih sayang.

1.    Pemotongan dan Pemangkasan.
prinsipnya, pemotongan dan pemangkasan dilakukan hingga lukanya rata dengan permukaan pangkal tumbuhannya. Pemotongan batang atau cabang yang kurang sehat atau pertumbuhannya jelek harus mempertimbangkan pertumbuhan cabang atau lainnya yang sehat. Pertumbuhan bisa diperbanyak dengan cara pemotongan akar mengarah ke samping.

2.    Pengawatan
Bertujuan membentuk batang, cabang, dan ranting agar tumbuh sesuai dengan arah yang diinginkan. Pengawatan harus dilakukan dengan hati-hati. Jangan terlalu kencang, tetapi jangan terlalu longgar.

3. Posisi Bonsai di Pot
Posisi yang sempurna ditentukan oleh letak tanaman di pot yang digunakan. Posisi bonsai tergantung pada gaya yang digunakan. Jadi, bonsai tidak harus ditanam ditengah-tengah pot. Dipot persegi panjang, lonjong, atau oval, atau pot memanjang, tanaman bisa diletakan dengan jarak sepertiga dari sisi pot.

4.  Penanaman.
Langkah-langkah penanaman bonsai:
1). Siapkan pot, media tanam, dan bakalan bonsai.
2). Kurangi akar bakalan bonsai agar sesuai dengan ukuran pot.
3). Masukkan sebagian media tanam ke dalam pot.
4). Tanam bakalan dengan posisi tanam yang pas.
5). Masukkan kembali media tanam untuk menguatkan posisi tanam tersebut, kemudian padatkan menggunakan ujung jari dan telapak tangan.
6). Rawat bonsai dengan baik.

5.  Menciptakan kesan tua.
Bonsai akan lebih bagus jika tanaman tersebut diberi kesan tua. Kesan tua ini biasanya ditandai dengan pertumbuhan cabang yang rata-rata merunduk ke bawah dan akar yang menjalar sampai permukaan tanah.





Budidaya Jamur Tiram (Pleorotus ostreatus)





USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA



PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreotus) SEBAGAI USAHA MANDIRI MAHASISWA.

PKM-K



BIDANG KEGIATAN

PKM Kewirausahaan



Diusulkan oleh:

Andi Saputro              (A420080180)        2008

                          Yulia kurniawan         (A420080193)        2008

                          Anis Rachmawati       (A420070093)        2007       



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

2010


A.       JUDUL

Pengembangan Budidaya Jamur Tiram (Pleorotus ostreatus) Sebagai Usaha Mandiri Mahasiswa.



B.       LATAR BELAKANG MASALAH

Jamur digolongkan ke dalam tumbuhan yang berspora, memiliki inti plasma, tetapi tidak berklorofil (tidak memiliki zat hijau daun). Tubuhnya tersusun dari sel-sel lepas sel-sel bergandengan berupa benang (hifa). Kumpulan hifa yang menyusun tubuh buah disebut miselium. Hifa akan tumbuh bercabang-cabang, sedangkan miselium membentuk gumpalan-gumpalan kecil sebagai awal pembentukan tubuh buah. Lalu gumpalan-gumpalan tersebut bertambah besar dan membentuk bulatan. Struktur berbentuk bulatan ini adalah cikal bakal tubuh buah pada jamur yang disebut primordium. Bentuk primordium pun beragam, tergantung pada jenis jamurnya. Jamur digolongkan ke dalam organisme heterotrof, yaitu organisme yang tidak mampu menghasilkan zat-zat hidupnya sendiri sehingga harus mengambilnya dari organisme lain, seperti kayu yang membusuk atau batang pohon. Menurut sub-kelasnya, jamur dibedakan menjadi dua, yakni Ascomycetes dan Basidiomicetes. Jamur dari sub-kelas Basidiomycetes lebih mudah diamati karena ukuran tubuh buahnya yang cukup besar, tidak seperti dari sub-kelas Ascomycetes yang berukuran sangat kecil (mikroskopis).

Berdasarkan media tumbuhnya, jamur konsumsi dibedakan menjadi dua yaitu, jamur kayu dan jamur merang. Sebutan jamur kayu diberikan berdasarkan pada media tumbuhnya. Disebut jamur kayu karena media tumbuhnya berupa bahan-bahan yang berkaitan dengan kayu, seperti kayu gelondongan, serpihan kayu, atau dari serbuk gergaji. Dialam, jamur-jamur ini banyak dijumpai menempel pada pokok-pokok kayu yang telah lapuk atau pada pangkal-pangkal pohon. Sebenarnya istilah “jamur kayu” untuk sekarang ini kurang tepat, karena limbah-limbah yang mengandung selulosa (mengandung karbohidrat) dan lignin, seperti jerami, kapas, dedak, daun pisang, dan tongkol jagung pun sudah dapat digunakan sebagai media tumbuh jamur kayu. Karena itu, praktisnya, sekarang disebut nama jamurnya saja, misal jamur shiitake, jamur kuping, dan jamur tiram.

Jenis jamur kayu yang nilai ekonomisnya tinggi dan banyak dikonsumsi sebagai makanan adalah jamur shiitake (Lentinus edodes), jamur kuping ( Auricularia sp.), dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Jamur kayu yang banyak digunakan sebagai obat adalah jamur lingzhi (Genoderma lucidum) dan jamur maitake (Grifolia frondosa). Bagi masyarakat Jepang, jamur tiram disebut shimeji, lain lagi dengan masyarakat Eropa dan Amerika, mereka menyebutnya dengan Oyster mushroom. Di Indonesia popular dengan nama jamur tiram atau jamur kerang, karena bentuk tudungnya mirip dengan kulit kerang. Di habitat aslinya, jamur tiram (Pleurotus ostreatus) yang paling banyak dicari berasal dari kayu-kau lunak, kayu pohon karet, kayu pohon kapuk, dan kayu pohon kidamar. Walau begitu pada saat sekarang, pertanian jamur jenis ini tidak terbatas pada satu dua jenis kayu tertentu tetapi pada substrat yang terdiri dari serbuk gergaji, jerami, sekam, sisa kertas serta bahan lainnya seperti bagas (ampas tebu), ampas aren dan sabut kelapa.

Sebagian besar jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dikonsumsi sebagai bahan makanan. Selain diolah segar sebagai campuran sup, salad, dan pepes, dapat diolah juga menjadi makanan kering, seperti keripik (tiram chips) dan kerupuk. Kandungan gizinya tergolong tinggi. Protein nabatinya saja mencapai 10-30%, belum lagi asam aminonya yang cukup lengkap, termasuk asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh. Jika dikonsumsi dalam bentuk kering, jamur ini mengandung vitamin C sebanyak 35-58 mg/100 gram dan vitamin B2 sebanyak 4,7-4,9 mg/100 gram. Karena itu, tidak mengherankan jika jamur tiram (Pleurotus ostreatus) juga memiliki berbagai macam khasiat untuk kesehatan tubuh, antara lain sebagai sumber protein nabati yang rendah kolesterol sehingga dapat mencegah penyakit hipertensi dan serangan jantung.

Dewasa ini semakin banyak orang yang membudidayakan jamur khususnya jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Ada dua alasan utama semakin banyak orang yang tertarik menggeluti bisnis budi daya jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Pertama, dari segi bisnis menguntungkan karena harganya cukup tinggi, permintaan pasar tinggi, waktu panennya singkat sekitar 1-3 bulan sehingga perputaran modalnya juga berlangsung cepat, bahan baku mudah didapat, dan tidak membutuhkan lahan yang luas. Alasan yang kedua, jamur tiram (Pleurotus ostreatus) sangat bermanfaat untuk kesehatan karena kualitas gizinya tinggi, mengandung berbagai zat-zat esensial yang berguna bagi metabolisme tubuh. Selain itu rasa dagingnya lezat sehingga banyak diminati oleh konsumen. 

Prospek bisnis jamur tiram (Pleurotus ostreatus) terbuka lebar karena banyak pilihan usaha yaitu bisa dengan menciptakan pasar sendiri, bisa pula dengan mengikuti jalur pasar yang telah ada, misalnya menjadi supplier hotel, pasar swalayan, restoran, perusahaan catering. Beberapa restoran dan hotel menyajikan menu masakan Oriental yang menjadikan jamur sebagai bahan bakunya, misalnya menu masakan  Cina, Jepang, dan Korea. Namun dewasa ini jamur mulai banyak kreasi makanan dengan menggunakan bahan baku jamur. Seperti keripik, sup, bakso, burger dan lainnya. Selain itu kebutuhan masyarakat yang terus bertambah tidak diiringi peningkatan produktifitas jamur, sehingga peluang pasar pun semakin besar.

Peluang seperti ini seharusnya bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk melatih atau mengembangkan jiwa kewirausahaan. Karena mayoritas mahasiswa masih menggantungkan kebutuhannya dari uang saku yang diberikan oleh orang tua. Disisi lain ada juga mahasiswa yang mencari tambahan uang saku dengan bekerja dengan sistem part-time, namun masalahnya mahasiswa kesulitan dalam membagi waktu antara pekerjaan dengan kuliah (tugas-tugas kuliah). Budi daya jamur tiram (Pleurotus ostreatus) bagi mahasiswa  mempunyai peluang usaha yang sangat besar karena baru sedikit atau bahkan tidak ada yang mengembangkan usaha jamur di kalangan mahasiswa. Padahal jika usaha ini dikembangkan hasilnya bisa untuk menambah uang saku dan sekaligus melatih jiwa wirausaha.



C.       PERUMUSAN MASALAH

1.    Bagaimana cara memenuhi kebutuhan konsumsi jamur tiram (Pleurotus ostreatus) masyarakat ?

2.    Bagaimana cara membentuk dan meningkatkan kemandirian  mahasiswa dengan berwirausaha budi daya jamur tiram (Jatira) ?



D.       TUJUAN

1.    Menjadikan mahasiswa menjadi lebih mandiri melalui budidaya jamur tiram (jatira).

2.    Melatih jiwa kewirausahaan melalui pengembangan budi daya jamur tiram (jatira).

3.    Memenuhi kebutuhan konsumsi jamur tiram (Jatira) masyarakat.



E.        LUARAN YANG DIHARAPKAN

Program ini diharapkan mampu Menghasilkan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) yang berkualitas dan bernilai jual tinggi.



F.        KEGUNAAN

Program ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan konsumsi jamur tiram (Pleurotus ostreatus) pada masyarakat dan menumbuhkan kemandirian mahasiswa agar tidak terlalu bergantung pada orang tua sekaligus sebagai pelatihan berwirausaha.



G.       GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

1.    Bentuk usaha

Bentuk usaha dalam program ini adalah pembudidayaan jamur tiram (jatira) sebagai usaha mandiri mahasiswa. Budi daya jamur tiram ini diharapkan mampu menciptakan peluang usaha baru bagi mahasiswa. Cerahnya prospek usaha budidaya jamur ini ternyata menciptakan peluang usaha bagi banyak orang termasuk mahasiswa, disela-sela kesibukannya menuntut ilmu di bangku perkuliahan dan kegiatan kemahasiswaan lainnya, sebenarnya meraka masih mampu menyempatkan waktunya untuk membudidayakan jamur tiram ini asalkan mereka mampu untuk mengatur waktu. Budi daya jamur ini sebenarnya tidak begitu menyita waktu banyak, hanya pada saat awal pembuatan media tanam atau baglog yang membutuhkan waktu agak lama dan rumit.

2.    Bahan

Bahan untuk pembudidayaan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) ini bisa didapatkan disekitar Surakarta, namun untuk bibit induk jamur tiram (F3) didapatkan dari produsen jamur tiram di daerah Sembung, Bekonang, Sukaharjo.



H.       METODE PELAKSANAAN

1.  Waktu dan Tempat Pelaksanaan Program

Waktu pelaksanaan program ini dimulai pada bulan Februari 2011 sampai Juni 2011. Tempat pelaksanaan program ini berada di Sidomulyo RT 01/03, No.39, Makamhaji, Kartasura. Hal ini dilakukan karena keberadaan tempat itu sendiri yang strategis yaitu dekat dengan sumber bahan baku, pemasaran, dan dengan kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2.    Tahap Pelaksanaan Program

a.    Tahap 1

Tahap pertama dalam pelaksanaan program ini yaitu survei, kemudian bekerjasama dengan petani dan pengepul atau penjual jamur tiram (Pleorotus ostreotus).

b.    Tahap 2

Membeli bibit (F3), kemudian bibit tersebut dibawa ketempat produksi untuk diturunkan lagi menjadi bibit F4 dan dilakukan perawatan/inokulasi.

b.    Tahap 3

Melakukan pemanenan ± hari ke 50 setelah inokulasi sampai masa produktivita jamur tersebut habis.

c.    Tahap 4

Tahap selanjutnya analisis usaha dari proses produksi jamur tiram (Pleorotus ostreotus). Tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya produksi sehingga dalam proses penjualannya dapat dilakukan dengan tepat.



3.  Teknis Pelaksanaan Program.

a.    Pembagian kerja

Pelaksanaan program budidaya jamur tiram (Pleurotus ostreatus) ini dilakukan oleh 3 anggota tim, dengan pembagian job atau kerja yang seimbang sesuai kemampuan dan proporsi masing-masing anggota tim. Pelaksanaan program ini terdiri dari 4 tahapan mulai dari mencari bibit, pemeliharaan, pemanenan, pemasaran dan analisis usaha.

b.    Pembuatan dan Pemeliharaan Bibit.

Proses pembuatan baglog  jamur yaitu bahan baku untuk membuat baglog adalah serbuk gergaji, bekatul, kapur, air, polybag, cincin bambu/plastik,  plastik,  kapas dan karet penutup dan bibit spora. Untuk komposisinya dalam setiap 100 baglog yaitu 70 kg serbuk gergaji  dicampur dengan 12 kg bekatul, 1 kg kapur serta 17 kg air, kemudian diaduk hingga merata.

Kemudian bahan baku sebanyak 900 gr tersebut dimasukkan kedalam polybag, dikancing dengan cincin bambu/plastik, ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet sehingga membentuk seperti tutup botol (baglog). Langkah ini disebut dengan proses pengompotan.

Setelah pengompotan, proses sterilisasi siap dilakukan, yaitu dengan cara memanaskan baglog dalam autoclave bertekanan 1,5 – 2,5 bar  atau suhu 200 derajat celcius selama 2 jam. Dalam melakukan porses sterilisasi ini hanya menggunakan drum bekas oli yang telah dibersihkan.

Baglog dimasukkan kedalam drum tersebut dengan posisi terbalik agar kadar air tidak bertambah. Kemudian dilakukan proses pengukusan selama 8 jam diatas tungku kayu bakar. Setelah itu baglog didinginkan dalam ruangan selama 12 jam

Langkah selanjutnya adalah proses penanaman bibit, yaitu memasukan bibit spora kedalam lubang baglog lalu diratakan, kemudian disumbat dengan kapas dan diikat kembali dengan plastik dan karet.

Baglog disimpan dalam ruang pemutihan sehingga terjadi penyebaran bibit spora dari bagian atas baglog ke bagian bawahnya. Hal ini menyebabkan baglog yang pada awalnya berwarna cokelat berubah menjadi putih.

Dalam waktu 3 minggu spora telah menyebar lebih dari 3/4 baglog. Baglog siap dipindahkan ke rak pertumbuhan, ditata menumpuk dan disiram dengan menggunakan sprayer 2 kali sehari. Satu sampai dua minggu berikutnya jamur tiram tumbuh dan siap untuk dipanen.

c.    Pemanenan

Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal, pemanenan ini biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh calon jamur. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya dan mempermudah pemasaran.

d.    Pemasaran

Proses pemasaran hasil produksi jamur tiram ini dilakukan dengan menyetorkan langsung kepada para pengepul/ penjual jamur tiram dipasar-pasar wilayah surakarta.

4.  Insrumen Pelaksanaan Program.

Instrumen pelaksanaan progran ini antara lain:

a.    Alat

b.    Bahan

c.    Tempat Produksi.







I.          JADWAL KEGIATAN

Nama Kegiatan
Tahun 2011
Bulan ke-1
Bulan ke-2
Bulan ke-3
Bulan ke-4
Bulan ke-5
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
A. Persiapan

Pelatihan




















Alat dan Bahan




















B. Pelaksanaan

Tahap 1




















Tahap 2




















Tahap 3




















Tahap 4




















C.Penyusunan Data























J.         RANCANGAN BIAYA

1.  Bahan Habis Pakai

No.
Nama Barang
Satuan
Volume
Harga Satuan
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1.
Serbuk kayu
Kg
2100
500
1.050.000
2.
Bekatul
Kg
370
3.000
900.000
3.
Kantong plastik
Buah
3100
200
620.000
4.
Kapas
Kg
20
8.000
160.000
5.
Karet
Buah
3100
150
465.000
6.
Kapur (CaCo3)
Kg
35
 3.000
105.000
7.
Tepung jagung
Kg
125
3.500
437.500
8.
Bibit F3
Botol
100
4.000
400.000
9.
Air
m3
15 X 5
3.600
270.000
10.
Pipa plastik
M
3.000
1500
450.000
Jumlah
4.857.500



2.  Peralatan Penunjang PKM

No.
Nama Alat
Satuan
Volume
Harga Satuan
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1.
Alat stem/Autoklaf
Set
1
800.000
800.000
2.
Bambu
Batang
100
2.000
200.000
3.
Cangkul
Buah
2
45.000
90.000
4.
Skop
Buah
2
42.000
84.000
5.
Botol
Buah
3
1.500
4.500
6.
Sendok bibit
Buah
4
2.000
8.000
7.
Centong
Buah
4
3.000
12.000
8.
Selang
M
10
5.000
50.000
9.
Spreyer
Buah
3
50.000
150.000
Jumlah
1.398.500



3.  Perjalanan

No.
Jenis Kegiatan

Satuan
Volume
Harga Satuan (Rp)
Jumlah
(Rp)
1.
Survei

2
20.000
40.000
2.
Pembelian Bahan

2
100.000
200.000
3.
Pembelian Alat

2
50.000
100.000
4.
Penjualan Hasil Produksi

10
20.000
200.000
Jumlah
540.000







4.  Penulisan Laporan

No.
Jenis Kegiatan
Satuan
Volume
Harga Satuan
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1.
Foto kopi dan Print
Lembar
200
500
100.000
2.
Penjilidan Laporan dan Makalah
Eksemplar
5
3.000
15.000
3.
Penggandaan Laporan dan Makalah
Eksemplar
8
8.000
            
64.000
Jumlah
179.000



5.  Lain-lain

No.
Jenis Kegiatan
Satuan
Volume
Harga Satuan
(Rp)
Jumlah
(Rp)
1.
Internet
Jam
10
2.500
25.000
Jumlah
25.000



⃰ Total pengeluaran     : Rp.7.000.000,00

⃰ Total anggaran     : Rp.7.000.000,00




 

Popular Posts

Text