Sistematika Tumbuhan Cryptogamae

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
SYSTEMATIKA TUMBUHAN CRYPTOGAMAE
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Mengikuti Responsi

Disusun oleh:
Kelompok 17
SORUS
             Eny Dwi Astuti          (A420080178)
             Suprapti                     (A420080179)
             Andi Saputro             (A420080180)
             Ardiana Hartanti       (A420080181)


LABORATORIUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010



 

BAB I.
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
Sistematika tumbuhan cryphogamae merupakan matakuliah yang mempelajari tentang tumbuahan crypthogamae, baik klasifikasi, ciri-ciri maupun segala sesuatu yang berhubungan dengan tumbuhan tingkat rendah. Dalam sistematika tumbuhann crtypthogamae ini ada 3 divisi yang akan dipelajari yaitu: divisi Thallophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta.
Divisi Thallophyta meliputi tumbuhan yang tubuhnya berbentuk talus. Yang disebut talus yaitu tubuh tumbuhan yang belum dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Tubuh yang berupa talus itu mempunyai struktur dan bentuk dengan variasi yang sangat besar, dari yang terdiri dari satu sel berbentuk  bulat hingga banyak sel dengan bentuk yang kadang-kadang mirip dengan kormus tumbuhan tingkat tinggi.
Bryophyta berasal dari bahasa yunani yang berarti “tumbuhan lumut “, pada umumnya lumut berwarna hijau, karena mempunyai sel – sel dengan plastid yang menghasilkan klorofil a dan b, dengan demikian lumut bersifat autotrof. Tubuh lumut dapat dibedakan antara sporofit dan gametofitnya. Ciri – Ciri Tubuh dari Bryophyta yaitu : Sel – sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa. Pada semua tumbuhan yang tergolong lumut terdapat persamaan bentuk susunan gametangiumnya (anteredium maupun arkegonium) terutama susunan arkegoniumnya, mempunyai susunan yang khas yang sering kita jumpai pada tumbuhan paku (pteridophyta).
Tumbuhan paku atau paku-pakuan, (Pteridophyta atau Filicophyta), adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun).
Pada mata kuliah Sistematika Tumbuhan Cryptogamae ini terdapat juga mata kuliah Praktikum Sistematika Tumbuhan Cryptogamae. Didalam mata kuliah Praktikum ini diadakan Praktikum Kerja Lapangan (PKL), untuk memperjelas dan mempermudah dalam mempelajari Tumbuhan Cryptogamae khususnya pada Divisi Thallophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta.
Pentingnya dilakukan Praktikum Kerja Lapangan (PKL) Sistematika Tumbuhan Cryptogamae baik secara mandiri maupun secara terorganisir adalah agar mahasiswa  mengetahui tumbuhan-tumbuhan tingkat rendah dari Sub Divisi Algae, Bryophyta dan Pteridophyta secara langsung untuk diamati bagian-bagian dan ciri-ciri khususnya kemudian digunakan sebagai acuan dalam mengidentifikasi. Selain itu agar mahasiswa mengetahui warna, bentuk dan habitat asli dari Sub Divisi Algae, Bryophyta dan Pteridophyta karena pada waktu praktikum di laboratorium warna dan bentuk preparat sudah berubah, hal ini dikarenakan preparat yang ada di Laboratorium merupakan preparat awetan.
Praktikum Kerja Lapangan (PKL) Sistematika Tumbuhan Cryptogamae dilaksanakan sebanyak dua kali. Praktikum Kerja Lapangan yang pertama dilaksanakan secara mandiri oleh mahasiswa tanpa di dampingi asisten maupun dosen yaitu pada Divisi Bryophyta dan Pteridophyta sedangkan Praktikum Kerja Lapangan yang kedua dilakukan secara terorganisir dan bersamaan dengan di dampingi oleh asisten dan dosen praktikum tentang Sub Divisi Algae.


Praktikum kerja Lapangan mandiri dilaksanakan di daerah dekat kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pemilihan tempat ini karena wilayah yang relatif dekat dengan tempat kos dan juga bertujuan untuk mengurangi pengeluaran yang berlebihan. Sedangkan Praktikum Kerja Lapangan yang kedua dilakukan di pantai Krakal Yogyakarta. Tempat ini dipilih karena di pantai Krakal ini merupakan salah satu habitat Algae. Disana terdapat berbagai jenis Algae yang memungkinkan para praktikan untuk melakukan praktikum Kerja Lapangan.
B.     Tujuan
1.    Mengenal morfologi dan kedudukan taksonomi dari Algae
2.    Mengenal spesies yang termasuk dalam divisio Bryophyta dengan cara mendiskripsikan ciri-ciri pada spesies tersebut.
3.    Memperkenalkan jenis tumbuhan paku yang termasuk bangsa Lycopodiales dan Selaginellales.
4.    Mengenal spesies yang termasuk dalam bangsa Marsileales.
C.     Manfaat
Manfaat bagi praktikan:
1.      Kita dapat mengenal lebih jauh tentang morfologi dan kedudukan taksonomi dari Algae.
2.      Kita dapat mengenal spesies yang termasuk dalam divisi Bryophyta dengan cara mendiskripsikan ciri-ciri pada spesies tersebut.
3.      Kita dapat mengetahui jenis tumbuhan paku yang termasuk bangsa Lycopodiales dan Selaginellales.
4.      Kita dapat mengenal spesies yang termasuk dalam bangsa Marsileales.  
Manfaat bagi masyarakat:
1.      Masyarakat menjadi mengerti bahwa ada algae yang dapat dikomsumsi oleh manusia seperti Ulva sp
2.      Masyarakat menjadi mengerti betapa pentingnya algae bagi kehidupan laut sebagai produsen primer.
3.      Mengenal berhagai jenis pteridophyta yang dapat dijadikan sebagai tanaman hias seperti Asplenium nidus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.     Algae
Aslan (1991), menyatakan bahwa Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki "organ" seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). Karena itu, alga pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus. Istilah ganggang pernah dipakai bagi alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti Hydrilla. Dalam taksonomi yang banyak didukung para pakar biologi, alga tidak lagi dimasukkan dalam satu kelompok divisi atau kelas tersendiri, namun dipisah-pisahkan sesuai dengan fakta-fakta yang bermunculan saat ini. Dengan demikian alga bukanlah satu kelompok takson tersendiri.
Pelczar (1989), menyatakan bahwa Alga biru-hijau kini dimasukkan sebagai bakteri sehingga dinamakan Cyanobacteria ("bakteri biru-hijau", dulu disebut Cyanophyceae, "alga biru-hijau") Dengan demikian, sebutan "alga" menjadi tidak valid. Cyanobacteria memiliki struktur sel prokariotik seperti halnya bakteri, namun mampu melakukan fotosintesis langsung karena memiliki klorofil. Sebelumnya, alga ini bersama bakteri masuk ke dalam kerajaan Monera. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya diketahui bahwa ia lebih banyak memiliki karakteristik bakteri sehingga dimasukkan ke dalam kelompok bakteri benar (Eubacteria). Sebagai tambahan, beberapa kelompok organisme yang sebelumnya dimasukkan sebagai bakteri, sekarang malah dipisahkan menjadi kerajaan tersendiri, Archaea.
Nontji (1993), menyatakan bahwa Chlorophiceae atau Alga hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Perbedaan dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibangkan karotin dan xantofil. Hasil asimilasi dari beberapa amilum, penyusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi .yaitu amilose dan amilopektin. Alga hijau berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun fitoplankton. Sebagian besar fitoplankton adalah anggota alga hijau, pigmen klorofil yang demikian efektif melakukan fotosintesis sehingga alga hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.
Hendrawan (2005), menyatakan bahwa Phaeophyceae pada umumnya hidup di laut, hanya beberapa jenis saja yang hidup di air tawar. Sebagian besar Phaeophyceae merupakan unsure utama yang menyusun vegetasi alga di lautan Artik dan Antartika, tetapi beberapa marga seperti Dictyota, Sargassum, dan turbinaria merupakan alga yang khas untuk lautan daerah tropis. Kebanyakan Phaeophyceae hidup sebagai litofit, tetapi beberapa jenis dapat sebagai epifit atau endofit pada tumbuhan lain atau alga makroskopik yang lain. pada umumnya Phaeophyceae memiliki tingkat lebih tinggi secara morfologi dan anatomi diferensiasinya dibandingkan keseluruhan alga. Tidak ada bentuk yang berupa sel tunggal atau koloni (filamen yang tidak bercabang). Susunan tubuh yang paling sederhana adalah filamen heterotrikus. Struktur talus yang paling komplek dapat dijumpai pada alga perang yang tergolong kelompok (Nereocystis, Macricystis, Sargassum). Pada alga ini terdapat diferensiasi eksternal yang dapat dibandingkan dengan tumbuhan berpembuluh. Talus dari alga ini mempunyai alat pelekat menyerupai akar, dan dari alat pelekat ini tumbuh bagian yang tegak dengan bentuk sederhana atau bercabang seperti batang pohon dengan cabang yang menyerupai daun dengan gelembung udara
Campbel (2005), menyatakan bahwa Rhodophyceae dengan anak kelas Bangiophycidae dan Florideophycidae. Kedua anak kelas dibedakan berdasarkan pada kelompok. Florideophycidae terdapat noktah sedangkan Bangiophycidae tidak ada. Tetapi sekarang telah ditemukan hubungan noktah dan pertumbuhan apical pada beberapa anggota dari Bangiophycidae di salah satu stadium dalam daur hidupnya, yaitu stadium Conchoselis (suatu stadium filamentik dari Bangiophycidae yang berada di dalam cangkang kerang). Sebaliknya pada beberapa Florideophycidae, misalnya Delleseriaceae (bangsa Ceramiales) dan Corallinaceae (bangsa Cjryptonemiales) tidak diketemukan daur hidup yang trifasik, maka dengan alasan tersebut di atas kedua anak kelas tadi telah dihapus hingga pembagiannya langsung ke bangsanya. Pada umumnya hidup di lingkungan air laut, tetapi beberapa yang hidup di air tawar, contoh: Batrachospermum. Distribusi luas di seluruh dunia, sebagian besar tumbuh pada batu-batuan karang, beberapa jenis juga epifit pada tumbuhan air kelompok tumbuhan tinggi (Angiosperm) atau pada Rohodophyta yang lain, Phaeophyceae, Chlorophyceae.

B.     Bryophyta.
Loveless (1989), menyatakan bahwa Lumut merupakan tumbuhan darat sejati, walaupun masih menyukai tempat yang lembab dan basah. Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai, kecuali lumut gambut (sphagnum sp.). Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekata dengan perantaraan Rhizoid (akar semu), olehkaren aitu tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan antara tumbuhan ber-Talus (Talofita) dengan tumbuhan ber-Kormus (Kormofita). Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut tumbuh di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifil. Jika pada hutan banyak pohon dijumpai epifil maka hutan demikian disebut hutan lumut.
Tjitrosoepomo (1993), menyatakan bahwa kingdom plantae meliputi organisme multiseluler yang telah terdiferensiasi, eukariotik dan sel – selnya memiliki dinding sel selulosa. Hampir seluruh anggota plantae sel – selnya mempunyai klorofil sehingga bersifat autotrof atau dapat menyusun makanan sendiri. Yang termasuk plantae adalah lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji. Adapun penjelasan dari berbagai kelompok tumbuhan/plantae sebagai berikut : Termasuk divisi bryophyte, berasal dari bahasa yunani yang berarti “tumbuhan lumut “, pada umumnya lumut berwarna hijau, karena mempunyai sel – sel dengan plastid yang menghasilkan klorofil a dan b, dengan demikian lumut bersifat autotrof. Tubuh lumut dapat dibedakan antara sporofit dan gametofitnya.
Haspara (2004), menyatakan bahwa Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio Bryophyta (dari bahasa Yunani bryum, "lumut"). Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: "serupa akar"). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.
Nybakken (1992), menyatakan bahwa dalam bahasa sehari-hari, istilah "lumut" dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati).
Prawirohartono (1989), menyatakan bahwa tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan dalam daur hidupnya. Apa yang dikenal orang sebagai tumbuhan lumut merupakan tahap gametofit (tumbuhan penghasil gamet) yang haploid (x = n). Dengan demikian, terdapat tumbuhan lumut jantan dan betina karena satu tumbuhan tidak dapat menghasilkan dua sel kelamin sekaligus. Sel-sel kelamin jantan (sel sperma) dihasilkan dari anteridium dan sel-sel kelamin betina (sel telur atau ovum) terletak di dalam arkegonium. Kedua organ penghasil sel kelamin ini terletak di bagian puncak dari tumbuhan. Anteridium yang masak akan melepas sel-sel sperma. Sel-sel sperma berenang (pembuahan terjadi apabila kondisi lingkungan basah) menuju arkegoium untuk membuahi ovum. Ovum yang terbuahi akan tumbuh menjadi sporofit yang tidak mandiri karena hidupnya disokong oleh gametofit. Sporofit ini diploid (x = 2n) dan berusia pendek (3-6 bulan untuk mencapai tahap kemasakan). Sporofit akan membentuk kapsula yang disebut sporogonium pada bagian ujung. Sporogonium berisi spora haploid yang dibentuk melalui meiosis. Sporogonium masak akan melepaskan spora. Spora tumbuh menjadi suatu berkas-berkas yang disebut protonema. Berkas-berkas ini tumbuh meluas dan pada tahap tertentu akan menumbuhkan gametofit baru.

C.     Pteridophyta
Karmana (1987), menyatakan bahwa Tumbuhan paku (atau paku-pakuan, Pteridophyta atau Filicophyta), adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di zaman Karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena merajai hutan-hutan di bumi. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil sekarang ditambang orang sebagai batu bara.
Kimball (1999), menyatakan bahwa bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna dengan rizoma yang menjalar di tanah atau humus dan ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung (seperti gagang biola) dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir selalu daun majemuk. Sering dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu tempat sehingga membentuk belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain. Secara tradisional, Pteridophyta mencakup semua kormofita berspora, kecuali lumut hati, lumut tanduk, dan tumbuhan lumut. Selain paku sejati (kelas Filicinae), termasuk di dalamnya paku ekor kuda (Equisetinae), rane dan paku kawat (Lycopodiinae), Psilotum (Psilotinae), serta Isoetes (Isoetinae). Sampai sekarang pun ilmu yang mempelajari kelompok-kelompok ini disebut pteridologi dan ahlinya disebut pteridolog.
Hackle (1999), menyatakan bahwa daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.
Pollunin (1994), menyatakan bahwa tumbuhan ini benar-benar telah berupa kormus, jadi telah jelas adanya akar, batang dan daun. Ada yang hidup sebagai saprofit dan ada pula sebagi epifit. Paku menyukai tempat lembab (higrofit), tumbuhnya mulai dari pantai (paku laut) sampai sekitar kawah-kawah (paku kawah). Berdasarkan spora yang dihasilkan dikenal 3 jenis tumbuhan paku, yaitu:
1.         Paku Homosfor atau Isospor menghasilkan satu jenis spora saja, misalnya paku kawat (Lycopodium clavatum).
2.         Paku Heterospor menghasilkan dua jenis spora yaitu: mikrospora (jantan) dan makrospora (betina), misalnya paku rane (Selaginella wildenowii) dan semanggi (Marsilea crenata).
3.         Paku Peralihan  menghasilkan spora yang bentuk dan ukurannya sama (isospora) tetapi sebagian jantan dan sebagian betina (heterospora), misalnya paku ekor kuda (Equisetum debile)
 Sarwuni (2003), menyatakan bahwa akar tumbuhan paku berupa akar serabut. Pada akar paku, xilem terdapat di tengah dikelilingi floem membentuk berkas pembuluh angkut yang konsentris. Batangnya jarang tumbuh tegak di atas tanah, kecuali pada paku tiang (Alsopila sp. dan Cyathea sp.). Batang tersebut kebanyakan berupa akar tongkat (Rhizoma). Tipe berkas pembuluh angkut batang sama dengan akar, yaitu tipe konsentris.





BAB III
METODE PELAKSANAAN

A.     WAKTU DAN TEMPAT
1.         PKL Mandiri
a.       Waktu  : Minggu, 12 Desember 2010
b.      Tempat : Sekitar kampus UMS
2.         PKL bersama di Pantai Krakal
a.       Waktu  : Minggu, 19 Desember 2010
b.      Tempat : Pantai Krakal Yogyakarta
B.     PELAKSANAAN PKL
1.      Alat
a.    Kamera
b.    Botol jem
c.    Pinset
d.    Alat tulis
2.      Bahan
a.       Algae
1)      Halicystis sp.
2)      Ulva sp.
3)      Padina sp.
4)      Turbinaria sp.
5)      Corallina sp.
6)      Caulerpa sp.
7)      Gracilaria sp.

b.      Bryophyta
1)      Marchantia polimorpha
2)      Marchantia geminata
3)      Andreaea sp.

c.       Pteridophyta
1)      Drynaria quercifolia
2)      Asplenium nidus
3)      Adiantum philippense
4)      Marsilea crenata
5)      Pletycerum bifurcatum
3.      Cara Kerja
a.       PKL Mandiri
1)      Mencari lokasi di sekitar kampus yang terdapat spesies dari bryophyta dan pteridhophyta.
2)      Mendokumentasikan tiap spesies yang ditemukan.
3)      Mengamati ciri-ciri morfologi dan habitat dari setiap spesies yang ditemukan.
4)      Mengklasifikasikan dan mendiskripsikan setiap spesies yang ditemukan.
b.      PKL Krakal
1)        Mencari preparat algae yang terdapat di pantai krakal.
2)        Mendokumentasikan tiep spesies yang ditemukan di pantai krakal.
3)        Mengamati ciri-ciri morfologi dan habitat dari setiap spesies yang ditemukan.
4)        Mengklasifikasikan dan mendiskripsikan setiap spesies yang ditenukan.
5)        Menyimpan spesies-spesies algae yang ditemukan di dalam botol jeem
6)        Mengawetkan algae yang ditemukan  



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.       HASIL
1.    Algae
a.    Nama lokal            : Ganggang hijau
Nama ilmiah          : Halycistis sp.
1)   Gambar            :

                   2) Klasifikasi :
                                          Kingdom          :  Plantae
                                          Division            : Thallophyta
                                          Sub divisio       : Algae
                                          Clasis               : Chlorophyceae
                                          Ordo                : Siphonales
                                          Familia             : Halycystidaeae
                                          Genus              : Halicystis
                                          Spesies            : Halicystis sp.

                        


2)   Deskripsi :       
Halicystis sp. merupakan ganggang hijau yang mempunyai kloroplas yang berwarna hijau, mengandung klorofil-a dan b serta karotenoid. Talusnya hanya terdiri dari suatu sel, bagian yang di atas bentuknya seperti gelembung berwarna hijau dan mengandung banyak inti. Habitat dari Halicystis sp  ini di laut dangkal dan mempunyai alat pelekat yang disebut rizod. Bagian tubuhnya terdiri atas talus dan alat pelekat. Halicystis sp. Berkembangbiak dengan membentuk zoospora (aseksual) dan dengan anisogami(seksual).




b.   Nama lokal            : Ganggang hijau
Nama ilmiah          : Ulva sp.
1)   Gambar            :
G:\DSC03679.JPG
                   2) Klasifikasi :
                                        Kingdom          :  Plantae
                                        Division            : Thallophyta
                                        Sub divisio       : Algae
                                        Clasis               : Chlorophyceae
                                        Ordo                : Ulotrichales
                                        Family              : Ulvaceae
                                        Genus              : Ulva
                                        Spesies            : Ulva sp.


2)   Deskripsi 
Ulva sp merupakan ganggang hijau yang sel-selnya selalu mempunyai 1 inti dan kloroplas. Bangian tubuhnya terdiri atas talus dan pelekat. Talus menyerupai daun selada, terdiri dari dua lapisan sel yang membentuk struktur seperti parenkim. Habitat dari Ulva sp ini di laut dangkal atau di daerah pesisir pantai. Ulva sp. Juga merupakan alga yang berbentuk heterothalik, berkembang biak secara aseksual dengan oospora berflagel empat yang terbentuk pada sel-sel vegetatif, sedangkan secara seksual dengan peleburan sel-sel kelamin





c.    Nama lokal            : Ganggang hijau
Nama ilmiah          : Caulerpa sp.
1)   Gambar            :
DSC09103.JPG 



2) Klasifikasi
Kingdom     :  Plantae
Division       : Thallophyta
Sub divisio   : Algae
Clasis          : Chlorophyceae
Ordo           : Siphonales
Familia        : Caulerpaceae
Genus          : Caulerpa
Spesies        : Caulerpa sp.

3)   Deskripsi
Caulerpa sp. merupakan ganggang hijau yang menempel pada karang di laut. Talus bagian atas menyerupai daun dan besarnya sampai beberapa dm, berguna untuk asimilasi dan dinamakan asilmilator. Bagian bawah terdirii atas sumbu yang merayap,tidak berwarna dan mengandung leukoamiloplas dan rizoid. Pada perkembangbiakan seksual(anisogami) seluruh tubuh tumbuhan jantan dan betina masing-masing mengeluarkan gametyang berwarna hijau dalam jumlah yang amat besar dan setelah mengeluarkan gamet itu langsung mati. Habitat Caulerpa sp di laut dengan menempel pada karang. 

d.     Nama lokal           : Ganggang pirang
Nama ilmiah          : Padina sp.
1)   Gambar            :
2) DSC09112.JPGKlasifikasi :
Kingdom     :  Plantae
Division       : Thallophyta
Sub divisio   : Algae
Clasis          : Phaeophyceae
Ordo           : Dictyotales
Familia        : Dictyotaceae
Genus          : Padina
Spesies        : Padina sp.

3)  Deskripsi
Padina sp merupakan ganggang pirang, dimana kromatoforanya mengandung klorofil-a, karotin, xantofil terutama fikosanin. Tubuh Padina sp terdiri atas talus dan alat perekat. Berbentuk seperti pita, bercabang menggarpu. Pada helai terdapat garis sentries sebagai tempat sporangia dan gametangia. Pada alga ini spora tidak mempunyai bulu cambuk. Sporangium berumah satu dan mengeluarkan 4 tetraspora. Perkembangbiakan secara seksual dengan oogonium. Habitat dari Padina sp ini di laut dangkal atau di daerah pesisir pantai.



e.    Nama lokal            : Ganggang pirang
Nama ilmiah          : Turbinaria sp
1). Gambar            :
C:\Users\win7\Pictures\Picture\101MSDCF\DSC09121.JPG2) Klasifikasi :
Kingdom     : Plantae
Division       : Thallophyta
Sub divisio   : Algae
Clasis          : Phaeophyceae
Ordo           : Fucales
Familia        : Fucaceae
Genus          : Turbinaria
Spesies        : Turbinaria sp.


2)   Deskripsi
Turbinaria sp. merupakan ganggang pirang yang talusnya berbentuk pita, kaku seperti kulit, bercabang-cabang menggarpu dan melekat dengan alat perekat yang berbentuk cakram. Ujung cabang talus itu agak membesar dan mempunyai lekukan-lekukan yang disebut konseptakel. Di dalamnya terdapat oogonium, anteridium dan benang-benang mandul(parafisis). Filoid berbentuk pyramid, cauloid alat pelekt bersifat rizoid.berwarna coklat, bergerombol. Gelembung udara pada filod, filoid bergerigi. Habitat dari Turbinaria sp. Di laut dengan melekat pada substrat.



f.      Nama lokal            : Ganggang merah
Nama ilmiah          : Corallina sp.
1)   Gambar
DSC09123.JPG2) Klasifikasi
Kingdom     :  Plantae
Division       : Thallophyta
Sub divisio   : Algae
Clasis          : Rhodophyceae
Ordo           : Cryptonemiales
Familia        : Cryptonemiaceae
Genus          : Corallina
Spesies        : Corallina sp.

2)   Deskripsi
Corallina sp berwarna merah, kromarofora berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil-a dan karitenoid, tetapi warna itu tertutup oleh zat yang mengadakan fluorensi, yaitu fikoeritrin. Ganggang ini yang tubuhnya agak keras , silindris atau memipih dengan cabang-cabang yang menyirip.tubuhnya terdapat zat kapur CaCO3 dan segmen-segmen. Habitat Corallina sp di air laut, terutama dalam lapisan-lapisan air yang dalam, yang hanya dapat di jangkau oleh cahaya dangangelombang pendek.



g.       Nama lokal            : Ganggang merah
Nama ilmiah          : Grasilaria sp.
1). Gambar            :
G:\101MSDCF\DSC09114.JPG2) Klasifikasi :
Kingdom     :  Plantae
Division       : Thallophyta
Sub divisio   : Algae
Clasis          : Rhodophyceae
Ordo           : Gigartinales
Familia        : Gigartinaceae
Genus          : Grasilaria
Spesies        : Grasilaria sp.

2)   Deskripsi :
Grasilaria sp merupakan ganggang merah yang hidup di laut dengan melekat pada karang. Mempunyai kromathofora yang  mengandung klorofil-a dan karitenoid, tetapi warna itu tertutup oleh zat yang mengadakan fluorensi, yaitu fikoeritrin. Talus berbentuk silinder dengan diameter 2-3mm, brcabang,beralat pelekat karposporofil berkembang kearah luar sehingga berbintil-bintil. Pertumbuhannya membentuk rumput.






2.      Bryophyta
a.    Nama lokal            : Lumut daun
Nama ilmiah          : Andreaea sp.
1)   Gambar            :
C:\Users\win7\Pictures\Picture\STC\DSC09062.JPG2) Klasifikasi        :
Kingdom   : Plantae
Division     : Bryophyta
Clasis        : Bryopsida
Ordo        : Andreaeales
Familia      : Andreaeaceae
Genus       : Andreaea
Spesies     : Andreaea sp.


3)                                                                                                                                                                        Deskripsi :
Andreaea sp disebut lumut daun karena gametofitnya dapat dibedakan antara batang dan daun, namun belum punya akar selain rizoid.sporofit terdiri atas kaki, seta, dan kapsul. Di dalam kotak spora terdapat kolumela. Alat reproduksi lumut ini yaitu dengan menggunakan spora. Andreaea sp merupakan lumut yang habitatnya di tempat yang lembab, menempel pada tanah.



b.    Nama Lokal          : Lumut hati
Nama Ilmiah          : Marchantia polymorpha
1)   Gambar
G:\my lumut n' paku\paku5.jpg2) Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi        : Bryophyta
Classis      : Hepaticopsida
Ordo        : Marchantiales
Family       : Marchantiaceae
Genus       : Marchantia
Spesies    : Marchantia polymorpha


2)    Deskripsi :
Marchantia polymorpha merupakan tumbuhan lumut hati yang habitatnya di tempat yang lembab, melekat di tanah atau bebatuan. Talus seperti pita, agak tebal, berdaging, bercabang, menggarpu dan mempunyai rusuk tengah yang tidak begitu menonjol. Sisi bawah ada sisik ventral dan rizoid. Ada gemma cup dan talus berumah dua. Arkegonium seperti bintang dan anteridium seperti gada. Reproduksi vegetatif menggunakan gemma cup dan reproduksi secara generative menggunakan spora. Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Siklus hidup lumut ini mirip dengan lumut daun. Di dalam sporangia terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut elatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka, sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit.


c.    Nama Lokal          : Lumut hati
Nama Ilmiah          : Marchantia geminata
1)   Gambar            :
C:\Users\win7\Pictures\Picture\STC\lumut4.jpg2) Klasifikasi :
Kingdom   : Plantae
Divisi        : Bryophyta
Classis      : Hepaticopsida
Ordo        : Marchantiales
Famil        : Marchantiaceae
Genus       : Marchantia
Spesies     : Marchantia geminata


2)   Deskripsi :
Marchantia geminata merupakan tumbuhan lumut hati yang habitatnya di tempat yang lembab, menempel pada tanah dengan perantara rizoid. Talus seperti pita, agak tebal, berdaging, bercabang, menggarpu dan mempunyai rusuk tengah yang tidak menonjol. Sisi bawah talus terdapat sisik-sisik ventral, juga terdapat rizoid. Terdapat gemma cup yang berbentuk seperti mangkuk terbuka. Talus berumah dua. Reproduksi secara vegetatif menggunakan gemma cup dan secara generatif menggunakan  spora.


3.    Pterydophyta
a.                                                                      Nama Lokal : Paku Ekor Kepala Tupai
Nama Ilmiah              : Drynaria quercifolia
1)   Gambar        :
C:\Users\win7\Pictures\Picture\STC\IMG_0888.JPG2) Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi        : Pteridophyta
Classis      : Filicinae
Subclassis: Leptosporangiatae
Ordo        : Filicales
Family       : Polypodiaceae
Genus       : Drynaria
Spesies    : Drynaria quercifolia

3)   Deskripsi :
Drynaria quercifolia merupakan paku ekor kepala kuda yang berhabitat ditempat lembab atau terestrial. Paku ini epifit pada tumbuhan lain atau kadang di atas tanah. Daun terbagi menyirip sampai dekat  tulang daun. Daun berbentuk bulat telur dengan kaki berbentuk jantung, sorusnya terletak pada bagian bawah daun. Reproduksi dengan spora.



b)    Nama Lokal          : Paku Sarang Burung
Nama Ilmiah          : Asplenium nidus
1)   Gambar            :
C:\Users\win7\Pictures\Picture\STC\DSC09065.JPG2) Klasifikasi          :
Kingdom     : Plantae
Divisi           : Pteridophyta
Classis        : Filicinae
Subclassis   : Leptosporangiatae
Ordo           : Polypodiales
Family         : Polypodiaceae
Genus        : Asplenium
Spesies       : Asplenium nidus



3) Deskripsi :
Asplenium nidus  merupakan paku sarang burung yang hidup epifit kebanyakan dapat ditemukan di bawah nauangan pohon besar. Paku ini mempunyai akar, batang, daun. Daun menyirip tunggal, sorus terletak pada bawah permukaan daun dan perkembangannya dengan spora. Asplenium nidus merupakan jenis tumbuhan paku populer sebagai tanaman hias halaman. Paku ini mudah dikenal karena tajuknya yang besar, entalnya dapat mencapai panjang 150cm dan lebar 20cm, menyerupai daun pisang. Peruratan daun menyirip tunggal. Warna helai daun hijau cerah, dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung. Spora terletak di sisi bawah helai. Ental-ental yang mengering akan membentuk semacam "sarang" yang menumpang pada cabang-cabang pohon. "Sarang" ini bersifat menyimpan air dan dapat ditumbuhi tumbuhan epifit lainnya. Paku ini kebanyakan epifit.


c.  Nama Lokal           : Suplir
Nama Ilmiah          : Adiantum philippense
1)   Gambar            :
C:\Users\win7\Pictures\Picture\STC\DSC09069.JPG2) Klasifikasi :
Kingdom     : Plantae
Divisi           : Pteridophyta
Classis         : Filicinae
Subclassis    : Leptosporangiatae
Ordo           : Filicales
Family         : Polypodiaceae
Genus          : Adiantum
Spesies        : Adiantu philippense


3) Deskripsi
Adiantum philippense atau biasa disebut suplir yang berwarna hijau habitatnya di tempat yang lembab atau di sela-sela bebatuan. Hidup melekat di atas tanah. Sorus berbentuk bangun ginjal dan terletak pada tepi daun yang berlipat kebawah dan berfungsi sebagai indusium (selaput penutup bawah). Reproduksi dengan menggunakan spora. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat.  Sorus merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana paku-pakuan lain, daun tumbuh dari rizoma dalam bentuk melingkar ke dalam seperti tangkai biola (disebut circinate vernation) dan perlahan-lahan membuka. Akarnya serabut dan tumbuh dari rizoma.


d.    Nama Lokal          : Semanggi
Nama Ilmiah          : Marcilea crenata
1)   Gambar            :
2)   C:\Users\win7\Pictures\Picture\STC\IMG_0900.JPGKlasifikasi :
Kingdom     : Plantae
Divisi           : Pteridophyta
Classis         : Filicinae
Subclassis : Hydropterides
Ordo           : Marsileales
Family         : Marsileaceae
Genus          : Marsilea
Spesies        : Marsilea crenata


3)   Deskripsi
Marsilea crenata merukapan tumbuhan semanggi berwarna hijau yang habitatnya di tempat yang mengandung banyak air, dengan akar melekat di tanah. Bagian tubuhnya terdiri dari akar, batang, rambut batang, daun muda dan daunnya berbelah empat. Sporakorpium keluar dari atas pangkal tangkai daun.Sorus dalam satu sporofit terdapat dalam sporokarpium. Reproduksi dengan menggunakan spora.


e.    Nama Lokal          : Paku Tanduk Rusa
Nama Ilmiah          : Platycerum bifurcatum
1)   Gambar            :
C:\Users\win7\Pictures\Picture\STC\IMG_0891.JPG2) Klasifikasi    :
Kingdom     : Plantae
Divisi           : Pteridophyta
Classis        : Filicinae    
Subclassis   : Leptosporangiatae
Ordo           : Polypodiales
Family         : Polypodiaceae
Genus         : Platycerum
Spesies       : Platycerum bifurcatum

2)   Deskripsi
Platycerum bifurcatum merupakan paku tanduk rusa yang hidup epifit pada tanaman besar dengan akar melekat pada batang. Batangnya berupa rimpang lunak namun liat dan sulit dipotong.. Daun mempunyai dua tipe yaitu steril dan fertil. Daun steril berbentuk perisai dan daun fertil berbentuk seperti tanduk rusa. Perkembangbiaknnya dengan spora. Sorus terletak di bawah permukaan daun. Panjang daun yang menjuntai dapat mencapai satu meter atau lebih, tergantung jenisnya. P. coronarium dapat memiliki daun fertil yang menjuntai hingga 2,5m. Spora terdapat pada sporangia yang terlindung oleh sori yang tumbuh menggerombol di sisi bawah daun, menyebabkan vlek berwarna coklat pada daun


B.        PEMBAHASAN
Klasifikasi merupan cara memilah dengan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu berdasrkan kesamaan morfologi, anatomi, fisiologi, biokimia, dan hubungan kekerabatan. Tujuan dari klasifikasi yaitu : Mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap jenis, agar mudah dikenal, Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan cirri, Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup, Mempelajari evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya. Sedangkan manfaatb dari klasifikasi itu sendiri adalah Untuk mempermudah dalam mempelajari organisme yang beraneka ragam dan untuk melihat hubungan kekerabatan antar makhluk hidup yang satu dengan yang lain. Dalam melakukan klasifikasi harus mengacu pada berbagai hal yang merupakan dasar-dasar klasifikasi yaitu : Berdasarkan Persamaa, Berdasarkan Perbedaan, Berdasarkan Manfaat, Berdasarkan Ciri Morfologi dan Anatomi, Berdasarkan Ciri Biokimia, Berdasarkan genetic.
Sistematika tumbuhan cryptogamae mempelajari berbagai tentang tumbuhan tingkat rendah. Mulai dari cri-cir morfologi, pengklasifikasiannya, serta manfaatnya bagi kehidupan. Didalam sistematika tumbuhan crypogamae terdapat 3 divisi yang dibahas didalamnya yaitu: divisi thallophyta, bryophyta dan pteridophyta.
Divisi thallophyta meliputi tumbuhan yang tubuhnya berbentuk talus. Yang disebut talus yaitu tubuh tumbuhan yang belum dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Tubuh yang berupa talus itu mempunyai struktur dan bentuk dengan variasi yang sangat besar, dari yang terdiri dari satu sel berbentuk  bulat hingga banyak sel dengan bentuk yang kadang-kadang mirip dengan kormus tumbuhan tingkat tinggi.
1.    Sub Divisi Algae
Algae atau tumbuhan ganggang merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati tempat yang lembab. Yang hidup di air ada yang bergerak aktif ada yang tidak. Jenis-jenis yang hidup bebas di air, terutama tumbuhan yang bersel tunggal dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun plankton, tepatnya fitoplankton. Walau tubuh ganggang menunjukkan keanekaragaman, tetapi semua selnya selalu jelas mempunyai inti dan plastid, dan di dalam plastid terdapat derivate klorofil yaitu klorofil-a atau klorofil-b atau kedua-duanya. Selain derivate klorofil terdapat pula zat warna lain , dan zat warna inilah yang justru kadang-kadang lebib memonjol dan menyebabkan kelompok-kelompok ganggang tertentu diberi nama sesuai dengan warna tadi. Zat warna tersebut berupa fikosianin (berwarna biru), fikosantin (berwarna pirang), fikoeritrin(berwarna merah). Selain itu juga sering ditemukan santofil dan karotin.
Divisi algae dibagi menjadi 7 classis yaitu Flagellate, Diatimeae, Chlorophyceae, Conjugatae, Charophyceae, Phaeophyceae, Rhodophyceae. Sedangkan pada praktikum ini hanya ada 3 classis saja yang diamati yaitu Chlorophyceae, Phaeophyceae, Rhodophyceae.
Pada classis chlorophyceae sel-selnya mempunyai kloroplas yang berwarna hijau, mengandung klorofil-a dan klorofil-b serta karotenoid. Pada kloroplas terdapat pirenoid, hasil asimilasi berupa tepung dan lemak. Perkembangbiakan terjadi secaraaseksual dengan membentuk zoospore dan secara seksual dengan anisogami. Chlorophyceae terdiri atas sel-sel kecil yang berupa koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk koloni yang menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Biasanya hidup di air tawar, merupakan penyusun suatu plankton atau sebagai bentos.yang bersel besar biasanya hidup di air laut, terutama dekat pantai. Ada jenis-jenis chlorophyceae yang hidup pada tanah-tanah yang basah, bahkan ada di antaranya yang bertahan pada keadaan kering.
Dari praktek kerja lapangan yang telah kami lakukan kami mandapat 7 spesies algae di pantai krakal yaitu 3 spesies dari chlorophyceae diantaranya yaitu Ulva sp. Halicystis sp. dan Caulerpa sp. 2 spesies dari classis phaeophyceae yaitu Padina sp. dan Turbinaria sp. serta 2 spesies dari rhodiphyceae yaitu Corallina sp. dan Grasilaria sp.
Dari pkl yang telah dilakukan, kami menemukan 3 spesies yag termasuk dalam classis chlorophyceae yaitu Ulva sp., Halicystis sp. serta Caulerpa sp. Ketiga spesies ini terdapat di pantai krakal yang terletak di laut dangkal atau bagian pantai. Ketiga classis ini masuk kedalam classis chlorophyceae karena sel-sel algae ini mengandung kloroplas sehingga menyebabkan algae ini berwarna hijau.
Halicystis sp. merupakan ganggang hijau yang mempunyai kloroplas yang berwarna hijau, mengandung klorofil-a dan b serta karotenoid. Pada kloroplas terdapat peretenoid, hasil asimilasi berupa tepung dan lemak.  Talusnya hanya terdiri dari suatu sel, bagian yang di atas bentuknya seperti gelembung berwarna hijau dan mengandung banyak inti. Habitat dari Halicystis sp. Ini di laut dangkal dan mempunyai alat pelekat yang disebut rizod. Bagian tubuhnya terdiri atas talus dan alat pelekat. Halicystis sp. Berkembangbiak dengan membentuk zoospora (aseksual) dan dengan anisogami(seksual).
 Ulva sp. Merupakan ganggang hijau yang sel-selnya selalu mempunyai 1 inti dan kloroplas. Bangian tubuhnya terdiri atas talus dan pelekat. Talus menyerupai daun selada, terdiri dari dua lapisan sel yang membentuk struktur seperti parenkim. Habitat dari Ulva sp ini di laut dangkal atau di daerah pesisir pantai.
Caulerpa sp. merupakan ganggang hijau yang menempel pada karang di laut. Talus bagian atas menyerupai daun dan besarnya sampai beberapa dm, berguna untuk asimilasi dan dinamakan asilmilator. Bagian bawah terdirii atas sumbu yang merayap,tidak berwarna dan mengandung leukoamiloplas dan rizoid. Pada perkembangbiakan seksual(anisogami) seluruh tubuh tumbuhan jantan dan betina masing-masing mengeluarkan gametyang berwarna hijau dalam jumlah yang amat besar dan setelah mengeluarkan gamet itu langsung mati. 
Phaeophyceae merupakan ganggang pirang yang kromatoforanya mengandung klorofil-a, karotin dan santofil, tetapi terutama fikosantin yang menutupi warna lain dan menyebabkan ganggang itu kelihatan pirang. Kebanyakan Phaeophyceae hidup dalam air laut, hanya beberapa jenis aja yang hidup dalam air tawar. Di laut dan samudera di daerah iklim sedang dan dingin, talusnya dapat mencapai ukuran yang sangat besar dan sangat berbeda-beda bentuknya.
Dari classis Phaeophyceae kami menemukan 2 spesies yaitu Turbinaria sp. dan Padina sp. Kedua spesies ini masuk kedalam classis Phaeophyceae karena ganggang ini berwarna pirang.
Padina sp. merupakan ganggang pirang, dimana kromatoforanya mengandung klorofil-a, karotin, xantofil terutama fikosanin. Tubuh Padina sp. Terdiri atas talus dan alat perekat. Berbentuk seperti pita, bercabang menggarpu. Pada helai terdapat garis sentries sebagai tempat sporangia dan gametangia. Pada alga ini spora tidak mempunyai bulu cambuk. Sporangium berumah satu dan mengeluarkan 4 tetraspora. Perkembangbiakan secara seksual dengan oogonium. Habitat dari Padina sp. ini di laut dangkal atau di daerah pesisir pantai.
Turbinaria sp. merupakan ganggang pirang yang talusnya berbentuk pita, kaku seperti kulit, bercabang-cabang menggarpu dan melekat dengan alat perekat yang berbentuk cakram. Ujung cabang talus itu agak membesar dan mempunyai lekukan-lekukan yang disebut konseptakel. Di dalamnya terdapat oogonium, anteridium dan benang-benang mandul(parafisis). Filoid berbentuk pyramid, cauloid alat pelekt bersifat rizoid.berwarna coklat, bergerombol. Gelembung udara pada filod, filoid bergerigi. Habitat dari Turbinaria sp. Di laut dengan melekat pada substrat.
Rhodophyceae merupakan ganggang yang berwarna merah hingga ungu, kadang juga lembayung atau pirang kemerah-merahan.kromatofora berbentuk cakram satau suatu lembaran, mengandung klorofil-a dan karotenoid, tetapi warna itu tertutup oleh zat warna merah yang mengadakan fluoresensi yaitu fikoeritrin. Pada jenis tertentu terdapat fikosianin. Kebanyakan Rhodophyceae hidup di air laut terutama dilapisan-lapisan air yang dalam, yang hanya dapat dicapai oleh cahaya bergelombang pendek. Melekat pada substrat dengan benang-benang pelekat atau cakram pelekat.
Dari classis Rhodophyceae kami menemukan 2 spesies yang mewakilinya yaitu Corallina sp. dan Grasilaria sp. Kedua ganggang ini termasuk dalam classis Rhodophyceae karena warnanya yang merah.
Corallina sp. berwarna merah, kromarofora berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil-a dan karitenoid, tetapi warna itu tertutup oleh zat yang mengadakan fluorensi, yaitu fikoeritrin. Ganggang ini yang tubuhnya agak keras , silindris atau memipih dengan cabang-cabang yang menyirip.tubuhnya terdapat zat kapur CaCO3 dan segmen-segmen. Habitat corallina sp.di air laut, terutama dalam lapisan-lapisan air yang dalam, yang hanya dapat di jangkau oleh cahaya dangangelombang pendek
Grasilaria sp. Merupakan ganggang pirang yang hidup di laut dengan melekat pada karang.talus berbentuk silinder dengan diameter 2-3mm, brcabang,beralat pelekat karposporofil berkembang kearah luar sehingga berbintil-bintil. Pertumbuhannya membentuk rumput.

2.    Divisi Bryophyta
Bryophyta berasal dari bahasa yunani yang berarti “tumbuhan lumut “, pada umumnya lumut berwarna hijau, karena mempunyai sel – sel dengan plastid yang menghasilkan klorofil a dan b, dengan demikian lumut bersifat autotrof. Tubuh lumut dapat dibedakan antara sporofit dan gametofitnya. Ciri – Ciri Tubuh dari Bryophyta yaitu : Sel – sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa. Pada semua tumbuhan yang tergolong lumut terdapat persamaan bentuk susunan gametangiumnya (anteredium maupun arkegonium) terutama susunan arkegoniumnya, mempunyai susunan yang khas yang sering kita jumpai pada tumbuhan paku (pteridophyta).
Batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan yang berbeda – beda, jika batangnya dilihat secara melintang tampak bagian – bagian sebagai berikut:
1. Selapis sel kulit, beberapa sel diantaranya memanjang membentuk rizoid – rizoid epidermis.
2. Lapisan kulit dalam yang tersusun atas beberapa lapisan sel dinamakan korteks.
3. Silinder pusat terdiri dari sel – sel parenkimatik yang memanjang dan berguna untuk mengangkut air dan garam – garam mineral (makanan). Jadi pada tumbuhan lumut belum terdapat floem maupun xylem.
Daun lumut umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun, lebih dari satu lapis sel. Sel–sel daun kecil , sempit panjang dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Pada tumbuhan lumut hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada pertumbuhan membesar. Rizoid tampak seperti rambut / benang – benang , berfungsi sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam–garam mineral (makanan).
Struktur sporofit (sporogonium) tubuh lumut terdiri atas:
1. Vaginula , kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium.
2. Seta atau tangki
3. Apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta dan kotak spora
4. Kaliptra atau tudung berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi tudung kotak spora.
5. Kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan spora.
        Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya, reproduksi aseksualnya dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet – gamet, baik gamet jantan maupun gamet betina yang dibentuk dalam gametofit. Ada 2 macam gametangium  yaitu sebagai berikut: Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol dengan bagian lebar yang disebut perut, bagian yang sempit disebut leher. Anteredium adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat seperti gada. Dinding anteredium terdiri dari selapis sel sel yang mandul dan didalamnya terdapat sejumlah sel induk spermatozoid. Reproduksi aseksual dan seksual berlangsung secara bergantian melalui suatu pergiliran keturunan yang disebut metagenesis. Jika Anteridium dan arkegonium berada dalam 1 individu tumbuhan lumut disebut berumah satu (monoesis) dan jika dalam satu individu hanya terdapat anteridium saja atau arkegonium saja maka disebut tumbuhan lumut berumah dua (diesis).
Secara umum tumbuhan lumut dibagi menjadi 3 Classis yaitu Hepaticae/Hepaticopsida (Lumut hati), Anthocerotopsida (Lumut tanduk),  Musci/Bryopsida (Lumut daun),.  Pada praktikum ini hanya meneliti 3 Species yang berasal dari 2 Classis saja, 2 Species dari Hepaticopsida, dan 1 Species dari Bryopsida.
Lumut hati (Hepaticopsida) Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Siklus hidup lumut ini mirip dengan lumut daun. Di dalam spongaria terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut elatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka, sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit. Dari Classis ini ditemukan 2 Spesies yaitu                Marchantia polymorphs,dan Marchantia geminata.
Marchantia polymorpha merupakan tumbuhan lumut hati yang habitatnya di tempat yang lembab, melekat di tanah atau bebatuan. Talus seperti pita, agak tebal, berdaging, bercabang, menggarpu dan mempunyai rusuk tengah yang tidak begitu menonjol. Sisi bawah ada sisik ventral dan rizoid. Ada gemma cup dan talus berumah dua. Arkegonium seperti bintang dan anteridium seperti gada. Reproduksi vegetatif menggunakan gemma cup dan reproduksi secara generative menggunakan spora. Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Siklus hidup lumut ini mirip dengan lumut daun. Di dalam sporangia terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut elatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka, sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit.
Marchantia geminata merupakan tumbuhan lumut hati yang habitatnya di tempat yang lembab, menempel pada tanah dengan perantara rizoid. Talus seperti pita, agak tebal, berdaging, bercabang, menggarpu dan mempunyai rusuk tengah yang tidak menonjol. Sisi bawah talus terdapat sisik-sisik ventral, juga terdapat rizoid. Terdapat gemma cup yang berbentuk seperti mangkuk terbuka. Talus berumah dua. Reproduksi secara vegetatif menggunakan gemma cup dan secara generatif menggunakan  spora.
Lumut tanduk (Anthocerotopsida) Mempunyai gametofit seperti  lumut hati, perbedaannya adalah terletak pada sporofit lumut ini mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit, masing – masing mempunyai kloroplas tunggal yang berukuran besar, lebih besar dari kebanyakan tumbuhan lumut. Pada Praktikum Kerja Lapangan kali ini tidak ditemukan Spesies dari Classis ini.
Lumut daun (Bryopsida) banyak terdapat di tempat-tempat lembab, mempunyai struktur seperti akar disebut rizoid dan struktur seperti daun. Siklus hidup pada lumut jenis ini mengalami pergantian antara generasi haploid dan diploid. Sporofit pada umumnya lebih kecil dan berumur pendek dan hidup tergantung pada gametifit. Pada Classis ini ditemukan 1 Spesies saja yaitu Andreaea sp. Disebut lumut daun karena gametofitnya dapat dibedakan antara batang dan daun, namun belum punya akar selain rizoid, sporofit terdiri atas kaki, seta, dan kapsul. Di dalam kotak spora terdapat kolumela. Alat reproduksi lumut ini yaitu dengan menggunakan spora. Andreaea sp. Merupakan lumut yang habitatnya di tempat yang lembab, menempel pada tanah.
Tumbuhan lumut juga memiliki manfaat tersendiri bagi kehidupan manusia. Walaupun peranannya tersebut tidak secara langsung dalam kehidupan manusia , tetapi ada spesies tertentu yang dimanfaatkan oleh penduduk untuk mengobati hepatitis, yaitu Marchantia polymorpha. Selain itu jenis – jenis lumut gambut dari genus Sphagnum dapat digunakan sebagai pembalut atau pengganti kapas. Tumbuhan lumut juga memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutan.

3.    Divisi Pteridophyta
Tumbuhan paku atau paku-pakuan, (Pteridophyta atau Filicophyta), adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di zaman Karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena merajai hutan-hutan di bumi. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil sekarang ditambang orang sebagai batu bara.
Bentuk atau morfologi dari tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna dengan rizoma yang menjalar di tanah atau humus dan ental (frond) yang menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung (seperti gagang biola) dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir selalu daun majemuk. Sering dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu tempat sehingga membentuk belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain.
Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase utama: gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya, tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.
Secara tradisional, Pteridophyta mencakup semua kormofita berspora, kecuali lumut hati, lumut tanduk, dan tumbuhan lumut. Secara umum tumbuhan paku terbagi dalam 4 Classis yaitu : Filicinae, Equisetinae, Lycopodiinae, Psilophytinae. Pada Praktikum Kerja Lapangan ini didapatkan 5 Species tumbuhan paku yang berasal dari Classis yang sama yaitu dari Classis Filicinae (Drynaria quersifolia, Adiantum philippense, Marsilea crenata, Asplenium nidus, Platycerum bifurcatum).
Classis Psilophytinae merupakan tumbuhan paku yang paling sederhana. Belum mempunyai daun, atau berdaun sangat sederhana dan belum punya akar, sehingga sering disebut paku telanjang. Tetapi tumbuhan paku jenis ini sudah mempunyai berkas pengangkut makanan dan sporangium terdapat pada cabang-cabang batang.
Classis Lycopodinae atau biasa disebut paku kawat. Sporofit dari tumbuhan ini sudah memiliki akar, batang dan daun. Batang dan akarnya bercabang menggarpu, daunnya kecil (mikrofil) tidak mempunyai lamina,tidak bertangkai dan hanya bertulang satu saja. Daun fertil (sporofil) biasanya berkumpul diujung batang merupakan sebuah rangkaian berbentuk bulir yang disebut strobilus. Tiap sporofil mempunyai 1 sporangium yang besar terletak pada bagian pangkal daun. Pada beberapa bangsa dari Classis ini didaunnya  memiliki ligula yaitu serabut kecil yang berfungsi untuk menyerap air. Berdasarkan ada tidaknya ligula Classis ini dibagi menjadi 2 sub Classis yaitu ligulopsida dan eligulopsida.
Classis Equisetinae atau biasa disebut paku ekor kuda. Sporofit dari tumbuhan paku jenis ini mempunyai batang yang bercabang-cabang, berkarang, dan berbuku-buku. Daunnya kecil seperti selaput daun yang tersusun berkarang. Sporofil berbentuk perisai dengan sejumlah sporangium pada bagian bawah. Susunan sporofil berbentuk badan seperti kerucut yang disebut strobilus. Dari Classis ini hanya tersisa 1 Sub Classis yang masih ada sampai sekarang yaitu Calamopsida dan juga hanya ada 1 Ordo yaitu Equisetales.
Classsis Filicinae, Divisi tumbuhan paku jenis ini memiliki susunan tubuh yang paling sempurna dibandingkan dengan Classis yang sebelumnya.Daunnya sudah berupa helaian dengan pertulangan daun yang bermacam-macam. Kelompok tumbuhan paku ini memiliki 2 tipe cara pembentukan sporangium yaitu : Leptosporangiatae dan Eusporangiatae. Sedangkan berdasarkan pembedanya Classis Filicinae dibagi menjadi 3 Sub Classis yaitu : Leptosporangiatae, Eusporangiatae, dan Hydropterides.
Sub Classis Eusporangiatae memiliki sporangium yang berdinding tebal dan kuat yang terdiri atas beberapa lapis sel dengan spora yang sama besar. Protalium pada eusporangiatae terletak dibawah tanah dan tidak memiliki warna. Pada protaliumnya selalu memiliki cendawan endofitik. Classis ini terbagi dalam 2 Ordo yaitu Ophioglossales Marattiales. Ophioglossales yang memiliki batang pendek didalam tanah, dan pada bagian bawahnya masih memiliki protostele, tapi pada bagian atas mengadakan diferensiasi dalam berkas pengangkutnya. Ophioglossales hanya memiliki 1 famili saja yaitu Ophioglossaceae.
Sub Classis Leptosporangiatae merupakan golongan yang pembentukan sporangiumnya berasal dari satu sel pemula, dan dinding sporangiumnya hanya terdiri dari satu lapis sel saja. Sub Classis ini merupakan bagian terbesar dari Classis Filicinae dan meliputi jenis-jenis tumbuhan paku yang kecil sampai yang besar. Sporangiumnya selalu terkumpul di dalam sorus. Classis ini memiliki 1 ordo saja yaitu Filicales yang merupakan tumbuhan paku sejati yang homospora. Sebagian besar terestrial, tapi ada yang epifit. Bentuk sorus bermacam-macam dan letaknya pada daun juga berbeda-beda. Kebanyakan sorus dilindungi oleh indusium yang memiliki bentuk yang berbeda-beda. Contoh species dari Sub Classis ini yaitu: Drynaria quercifolia, Adiantum philippense, Asplenium nidus, dan Platycerum bifurcatum.
Drynaria quercifolia merupakan paku ekor kepala kuda yang berhabitat ditempat lembab atau terestrial. Paku ini epifit pada tumbuhan lain atau kadang di atas tanah. Daun terbagi menyirip sampai dekat  tulang daun. Daun berbentuk bulat telur dengan kaki berbentuk jantung, sorusnya terletak pada bagian bawah daun. Reproduksi dengan spora.
Adiantum philippense atau biasa disebut suplir yang berwarna hijau habitatnya di tempat yang lembab atau di sela-sela bebatuan. Hidup melekat di atas tanah. Sorus berbentuk bangun ginjal dan terletak pada tepi daun yang berlipat kebawah dan berfungsi sebagai indusium (selaput penutup bawah). Reproduksi dengan menggunakan spora. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat.  Sorus merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana paku-pakuan lain, daun tumbuh dari rizoma dalam bentuk melingkar ke dalam seperti tangkai biola (disebut circinate vernation) dan perlahan-lahan membuka. Akarnya serabut dan tumbuh dari rizoma.
Asplenium nidus  merupakan paku sarang burung yang hidup epifit kebanyakan dapat ditemukan di bawah nauangan pohon besar. Paku ini mempunyai akar, batang, daun. Daun menyirip tunggal, sorus terletak pada bawah permukaan daun dan perkembangannya dengan spora. Asplenium nidus merupakan jenis tumbuhan paku populer sebagai tanaman hias halaman. Orang Sunda menyebutnya kadaka, sementara dalam bahasa Jawa dikenal dengan kedakah. Penyebaran alaminya adalah di sabuk tropis Dunia Lama (Afrika Timur, India tropis, Indocina, Malesia, hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik.  Paku ini mudah dikenal karena tajuknya yang besar, entalnya dapat mencapai panjang 150cm dan lebar 20cm, menyerupai daun pisang. Peruratan daun menyirip tunggal. Warna helai daun hijau cerah, dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung. Spora terletak di sisi bawah helai. Ental-ental yang mengering akan membentuk semacam "sarang" yang menumpang pada cabang-cabang pohon. "Sarang" ini bersifat menyimpan air dan dapat ditumbuhi tumbuhan epifit lainnya. Paku ini kebanyakan epifit, namun sebetulnya dapat tumbuh di mana saja asalkan terdapat bahan organik yang menyediakan hara. Karena merupakan tumbuhan bawah tajuk, ia menyukai naungan.
Platycerum bifurcatum merupakan paku tanduk rusa yang hidup epifit pada tanaman besar dengan akar melekat pada batang. Batangnya berupa rimpang lunak namun liat dan sulit dipotong.. Daun mempunyai dua tipe yaitu steril dan fertil. Daun steril berbentuk perisai dan daun fertil berbentuk seperti tanduk rusa. Perkembangbiaknnya dengan spora. Sorus terletak di bawah permukaan daun. Panjang daun yang menjuntai dapat mencapai satu meter atau lebih, tergantung jenisnya. P. coronarium dapat memiliki daun fertil yang menjuntai hingga 2,5m. Spora terdapat pada sporangia yang terlindung oleh sori yang tumbuh menggerombol di sisi bawah daun, menyebabkan vlek berwarna coklat pada daun
Sub Classis Hydropterides merupakan jenis tumbuham paku yang heterospora dan merupakan jenis paku air. Kelompok ini terbagi dalam 2 Ordo yaitu Marsileales yang hidup di dalam air yang dangkal dengan akar di dalam tanah Familia Marsileaceae. Salviniales hidup terapung bebas di permukaan air Familia Salviniaceae. Sorusnya dilindungi oleh suatu kantong yang disebur sporokarpium. Pada Marsileales tiap sporokarpium berisi makrosporangium dan mikrosporangium. Pada Salviniales tiap sporokarpium hanya berisi makrosporangium saja atau mikrosporangium saja. Bentuk dan ukuran sporokarpium berbeda-beda untuk tiap jenis paku air. Dari Sub Classis ini hanya didapatkan 1 Species  yaitu Marsilea crenata.
Marsilea crenata merukapan tumbuhan semanggi berwarna hijau yang habitatnya di tempat yang engandung banyak air, dengan akar melekat di tanah. Bagian tubuhnya terdiri dari akar, batang, rambut batang, daun muda dan daunnya berbelah empat. Sporakorpium keluar dari atas pangkal tangkai daun.Sorus dalam satu sporofit terdapat dalam sporokarpium . Reproduksi dengan menggunakan spora.


BAB V
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
1.      Klasifikasi merupakan cara memilah dengan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu berdasrkan kesamaan morfologi, anatomi, fisiologi, biokimia, dan hubungan kekerabatan.
2.      Divisi Thallophyta meliputi tumbuhan yang tubuhnya berbentuk talus. Yang disebut talus yaitu tubuh tumbuhan yang belum dapat dibedakan antara akar, batang dan daun.
3.      Algae atau tumbuhan ganggang merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati tempat yang lembab.
4.      Spesies algae di pantai krakal yaitu 3 spesies dari chlorophyceae diantaranya yaitu Ulva sp. Halicystis sp. dan Caulerpa sp. 2 spesies  spesies dari rhodiphyceae yaitu Corallina sp. dan Grasilaria sp.
5.      Bryophyta berasal dari bahasa yunani yang berarti “tumbuhan lumut “, pada umumnya lumut berwarna hijau, karena mempunyai sel – sel dengan plastid yang menghasilkan klorofil a dan b, dengan demikian lumut bersifat autotrof.
6.      Ada 3 Species bryophyta yang ditemukan dari Classis Hepaticopsida dan Bryopsida yaitu: Marchantia geminata, Marchantia polymorpha, Andreaea sp.
7.      Tumbuhan paku atau paku-pakuan, (Pteridophyta atau Filicophyta), adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya.
8.      Ada 5 spesies dari divisi pteridophyta yang ditemukan dalam PKL mandiri yaitu: Drynaria quersifolia (paku ekor kepala tupai), Adiantum philippense (suplir), Marsilea crenata (semanggi), Asplenium nidus (paku sarang burung), Pletycerum bifurcatum (paku tanduk rusa).

B.     SARAN
Sebaiknya untuk praktikum mendatang dalam memilih jadwal Praktikum Kerja Lapangan hendaknya dilakukan pada waktu yang agak luang agar Praktikan dapat bekerja secara maksimal dan Praktikum Kerja Lapangannya juga berjalan dengan lancar. Kemudian saat mengambil preparat sebaiknya menggunakan celana pendek saja biar ndak ribet, baru setelah pengambilan preparat berkumpul ganti baju dan memakai almamater kembali sekaligus melakukan pengecekan preparat dan tukar menukar preparat dengan kelompok lain.



















DAFTAR PUSTAKA


Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta: Kanisius.

Campbell, N. A. 2005. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Hackle. 1999. Tumbuhan Paku.  Bandung: CV. Duta Pratama.

Haspara. 2004. Biologi. Surakarta: Widya Duta.

Hendrawan, Abdullah. 2005. Petunjuk Praktikum Biologi Laut. Yogyakarta: Jurusan Perikanan UGM.

Karmana, Oman. 1987. Biologi. Bandung: Ganeca Exact.

Kimball, J.W.1999. Biologi. Jakatra: Erlangga.

Loveless, A.R. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. Jakarta: PT. Gramedia.

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT Gramedia.

Pelczar, Michael J. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Pollunin, Nicholas. 1994. Pengantar Geografi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.

Prawirohartono, Slamet. 1989. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Sarwuni.2003. Sistematika Tumbuhan Cryphogamae. Malang: CV. Aditama.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1993. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.